Popular Posts

-

Labels

Translate ke Bahasa yang Lainnya

Komentar Lewat Facebook

Buku Tamu

Eka Arief Setyawan. Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Wihh... Ternyata Bung Karno Asli Surabaya Lho!!!


Ohhh..... Betapa bangganya diriku ternyata Sang Proklamator dan Mantan Presiden Pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno yang terkenal dengan gaya pidatonya yang khas dan semangatnya yang berapi-api seperti arek-arek Suroboyo zaman perang hingga sekarang adalah orang asli Surabaya zaman perang hingga sekarang adalah orang asli Surabaya...

Mantan istri Fatmawati tersebut lahir di Kampung Pandean gang IV/4, Peneleh, Surabaya. Seperti gambar dibawah ini nih, kelihatan tidak terawat ya? Memang, bahkan yang membeli rumah tersebut saja sampai terbelalak kaget seakan tak percaya bahwa itu Rumah masa kecil Bung Karno dan Kedua Orang tuanya.



Rumah Masa kecil Bung Karno di Jalan Pandean Gang IV/4 

Saya sih nggak pernah kesana, cuma pernah ke Rumah H.O.S Cokroaminoto yang dijadikan tempat kos oleh Bung Karno saat bersekolah di HBS (Hoogere Burger School) Surabaya. Nanti aja kapan-kapan kalau sempat naik sepeda soalnya dekat banget, oke. Nah, kalau masalah tempat kelahiran Bung Karno, supaya anda percaya dan bagi Orang Surabaya supaya tahu dan tidak membelokkan sejarah sampai saat ini bahwa beliau lahir di Blitar, padahal bukan!
SEJARAH BUNG KARNO 
Pada waktu itu, sebelum proklamasi (ya iyalah, Bung Karno aja belum lahir) Ayah Bung Karno yang bernama Raden Soekeni Sosrodihardjo, seorang laki-laki Blitar yang memiliki keturunan ningrat dari garis Raja Kediri. Lalu Beliau mempersunting seorang wanita yang bernama Nyoman Rai Srimben, seorang wanita yang ningrat juga dan merupakan garis keturunan dari Kerajaan di Singaraja, Bali. 
Setelah menikah antara dua sejoli berbeda etnis tersebut. Lahirlah seorang putri yang bernama Sukarmini. Lalu pada tanggal 1899, Soekeni mengajar di salah satu sekolah rendah (setara SD) yang berada di Jalan Sulung, Surabaya. Soekeni mengontrak sebuah rumah di daerah Peneleh yaitu di Jalan Pandean Gang IV/4 Surabaa yang kebetulan jaraknya dekat dengan Jalan Sulung.


Kedua Orang Tua Bung Karno 

 Pada tanggal 1 Juni 1901, Lahirlah anak yang bernama Kusno (Baca: Bung Karno). Lalu saat Kusno masih bayi, Soekeni dipindahkan tugas mengajarnya di kota Blitar. Akhirnya mereka pindah ke Blitar dan kebetulan ada Keluarga besarnya disana.
Gunung Kelud Meletus
Sejak kepindahannya ke Kota Patria tersebut, situasinya masih mencekam karena Gunung Kelud meletus dan mengalirkan lava, banyak banjir bandang dimana-mana, bahkan awan debunya sampai di Tulungagung. Wihhh....
Hal ini membuat anak Soekeni, Kusno. Menjadi sakit-sakitan, sebagai orang islam yang lekat pada adat jawa. Soekeni percaya bahwa menurut adat jawa, Beliau salah memberikan nama kepada anak bungsunya. Akhirnya nama anaknya yang semula bernama Kusno tersebut diganti menjadi Soekarno, sama seperti nama kakak perempuannya, Sukarmini.
Tumbuh Kembangnya Sangat Pintar dan Cerdik
Soekarno yang semakin tumbuh besar sangat hebat, pintar, dan cerdik, serta dapat menjadi pemimpin diantara teman-temannya. Saat berumur lima tahun Soekarno disekolahkan di SR (Sekolah Rendah) Bumiputera. Sebagai seorang Guru, Soekeni menginginkan agar anaknya kelak nanti dapat menjadi lebih pintar daripada Beliau. Beliau berusaha memasukkan anaknya ke sebuah sekolah milik Belanda yang bernama ELS (Eurpeesche Lagera School) tetapi pendaftarannya sangat ketat sekali, Ayah Bung Karno tersebut menggunakan ide cemerlangnya sebagai akal bulus. Beliau mengontak orang dalam sekolah tersebut yang kebetulan adalah teman baiknya. Setelah dicari kasak kusuk kesana kemari, akhirnya Soekarno menjadi orang Indonesia pertama yang bersekolah di ELS, 78 Orang Pribumi dan sisanya Orang Belanda semua.
Setelah lulus dari ELS, Soekarno melanjutkan sekolahnya di HBS (Hoogere Burger School. Beliau nge-kost di Rumah Pahlawan H.O.S Cokroaminoto yang terletak di Peneleh gang berapa ya..... Pokoknya Aku pernah kesana lah naik sepeda onthel, tetapi tidak dapat masuk ke dalam rumahnya karena kuncinya dibawa PEMKOT Surabaya, Lho.... Dulu kan dibawa sama Pak RT Di Peneleh sana, sekarang kok malah dipegang sama pusat, yahhh gak bisa lihat bagian dalam rumah bersejarah tersebut dong!!!


Atas: HBS (Hoogere Burger School) Tahun 1920
Bawah: Tempat Kost Bung Karno di Rumah H.O.S Cokroaminoto

Bung Karno juga sempat menikahi putri H.O.S Cokroaminoto yang bernama Utari, tetapi pernikahannya secara gantung. Berarti H.O.S Cokroaminoto bukan cuma menjadi guru soekarno saja, tetapi mertuanya juga.
Setelah tamat dari HBS, Soekarno tak berhenti begitu saja, Ia melancong ke Kota Kembang, Bandung. Untuk bersekolah di sebuah sekolah yang bernama Tehnische Hoge School (THS) atau sekarang bernama ITB Bandung. Disana murid Pribumi hanya sedikit...kit... yang banyak hanya Orang non-Pribumi.
Ia mendapat pujaan hati yang kedua kalinya
Di Bandung, Bung Karno nge-kost di Rumah H. Sanusi dan Istrinya Inggit Garnasih. Saat H. Sanusi dan Inggit bercerai, Soekarno juga menceraikan Utari. Akhirnya Inggit yang Janda dan Bung Karno yang Duda tersebut menikah.
Disana, Bung Karno juga banyak menulis dan membaca surat kabar. Lalu beliau menyamar sebagai Bima dalam menulis opini di surat kabar milik Belanda yang bernama 'Oetoesan Hindia' Milik H.O.S Cokroaminoto. Tulisannya sangat tajam, berani dan sepertinya menyentil Pihak Belanda, apalagi karyanya yang berjudul “Hancurkan segera Kapitalisme yang dibantu oleh budak Imperialisme. Insya Allah itu segera dapat dilaksanakan”. Yang membuat H.O.S Cokroaminoto kaget dan takjub, ternyata ada bakat yang terpendam di diri seorang Soekarno. Akhirnya Beliau membina Soekarno dan semakin lama semakin maju.
Bung Karno juga memiliki filsafat yang theosofis, Swami Vivekananda. Pendapat yang selalu dihafal Sukarno adalah: “Janganlah membuat otakmu menjadi perpustakaan, tetapi pakailah pengetahuannmu secara aktif”.
Dr. Setyabudi juga takjub dengan Soekarno, apalagi pidatonya yang berani, gayanya yang khas dan nyentrik membuat Beliau menyukai bakatnya yang terpendam tersebut.
Saat di Bandung. Semangat belajar Ir. Soekarno terus berkobar, bahkan saat berpidato dengan gaya khas dan suara yang lantang hingga Ia dijuluki 'singa podium'. Lalu beliau berhasil meraih gelar insinyur tanggal 25 Mei 1926. Dan dua bulan kemudian, tepatnya 26 Juli 1926. Beliau bersama Ir. Anwari teman sekuliahnya dulu mendirikan Biro Teknik. Tetapi, akibat waktunya banyak digunakan untuk kegiatan politik, apalagi ia juga sudah mendirikan partai bernama PNI (Partai Nasional Indonesia). Akhirnya Biro tersebut jadi terbengkalai dan hilang deh...
Itulah cuplikan sejarah Bung Karno, dan ini dia bukti cuplikan sebuah koran yang memberitakan bahwa Soekarno lahir di Surabaya.


  • Cuplikan Tentang Soekarno Di Salah Satu Koran ternama Indonesia
SURABAYA - SINDO. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meyakini Presiden RI pertama Soekarno lahir di Kota Surabaya,bukan di Blitar seperti yang tertulis dalam naskah sejarah Indonesia selama ini. Keyakinan itu didasari fakta yang terungkap dari seminar ”Pelurusan Sejarah Soekarno” di Balai Pemuda, Surabaya, kemarin. Atas fakta baru tersebut,Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono berencana mengirim surat ke Sekretariat Negara (Setneg).
Tujuannya agar ada pelurusan sejarah mengenai tempat kelahiran Proklamator RI Soekarno (Bung Karno). Bahwa Soekarno berasal dari Surabaya dan bukan dari Blitar. ”Kami akan mengirim surat ke Setneg terkait itu,” kata Bambang DH di sela seminar kemarin. Seminar yang diikuti sejumlah sejarawan dan politikus itu mengungkapkan kiprah Soekarno sejak lahir hingga menjadi presiden. Tak hanya penjelasan sejarawan, bukti bahwa Soekarno lahir di Surabaya juga termaktub dalam semua penulisan biografi Bung Karno sebelum 1970. Di sejumlah buku itu tertulis bahwa Soekarno lahir di Surabaya. Disebutkan, akhir tahun 1900, ayahanda Soekarno,R Soekani Sosrodiharjo, dipindahtugaskan dari Singaraja, Bali, menjadi guru sekolah rakyat Sulung,Surabaya. Di Surabaya itulah istrinya,Nyoman Rai Srimben,pada 6 Juni 1901 melahirkan seorang putra yang diberi nama Kusno Sosrodihardjo yang kemudian menjadi Soekarno. Pernyataan yang sama juga dilontarkan peneliti dan pengajar di Universitas Trisakti Jakarta Yuke Ardhiati.
Menurut dia, banyak di antara masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui bahwa sang Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno adalah juga arek Suroboyo (pemuda asal Kota Surabaya). Eksplorasi Yuke untuk mengungkapkan semangat arek Suroboyo yang terpantul dari jiwa seni dan semangat perjuangan Soekarno diterapkan dalam teori arketipe tentang konsep diri dari gagasan Carl Gustav Jung. Yuke menjelaskan, arketipe merupakan refleksi sifat dominan dari karakteristik manusia.
Menurut dia, dalam diri Soekarno tertanam gabungan dari berbagai arketipe, yaitu mother, hero, dan mona berpadu sekaligus.”Soekarno memiliki sifat menyerupai rahim ibu. Sebagai penyedia sebuah kehadiran, ada semangat patriotik, tetapi sekaligus memiliki daya pesona yang luar biasa dari dirinya,” papar Yuke.
Bambang DH kembali menyebutkan, semua bukti atas kelahiran Soekarno tersebut sudah cukup gamblang dalam beberapa buku biografi Bung Karno. Bahkan dalam pidato Bung Karno, lanjut dia, Soekarno mengaku bahwa dirinya sebagai warga Surabaya. Hanya, kata dia, sejarah tersebut diputarbalikkan sehingga seolah-olah Soekarno lahir di Blitar. “Ini menunjukkan bahwa penghargaan kepahlawanan di Indonesia masih kurang. Bahkan Surabaya sebagai Kota Pahlawan juga belum pernah mendokumentasikan proklamator tersebut sebagai nama jalan,”sindir pria yang sebentar lagi mengakhiri jabatan sebagai wali kota dan akan menduduki posisi Wakil Wali Kota Surabaya.
Bambang menilai Soekarno yang tumbuh kemudian menjadi bapak bangsa bukanlah lahir dari situasi instan. Namun dia dengan penuh kesadaran langsung menerjunkan dirinya di tengah-tengah kehidupan bangsanya yang hidup tertindas oleh penjajahan.”Temuan- temuan di lapangan membentuk jiwanya sehingga tumbuh menjadi bapak bangsa,”tuturnya.
Dia mengatakan, dengan kondisi itu,tidaklah berlebihan apabila Bung Karno menyebut dirinya sebagai penyambung lidah rakyat. Karena itu, Pemkot Surabaya berterima kasih atas gagasan penyelenggaraan seminar tentang Soekarno itu.“Sebab Soekarno yang sempat terlupakan telah ditemukan kembali oleh arek-arek Suroboyo. Bahwa Soekarno adalah pemimpin besar mereka,”tandas Bambang.
Sementara itu, rencana Wali Kota Surabaya Bambang DH untuk berkirim surat ke Setneg mendapat dukungan kalangan anggota DPRD Surabaya. Dewan menilai langkah tersebut cukup tepat dan harus segara dilakukan sebagai bentuk penyelamatan sejarah. “Sejarah telah telanjur menulis Seokarno lahir di Blitar. Kalau tidak diluruskan, generasi kita akan tersesat. Sebab bagaimanapun sejarah adalah ilmu sekaligus guru,” tutur Wakil Ketua DPRD Surabaya Wisnu Shakti Buana kemarin. (ihya ulumuddin)

Fakta lain yang membuktikan bahwa Soekarno lahir di Surabaya adalah tempat mengajar ayahnya di Jl Sulung. "Saya cek di SD Sulung ternyata Pak Ruslan Abdul Gani dan Megawati pernah datang ke sana. Mega mengakui kakeknya pernah mengajar di sana," kata Nurinwa Hendrowinoto yang menjadi Antropolog UGM saat di acara pelurusan Sejarah di Balai Pemuda Surabaya sekitar 6 bulan yang lalu.
Sebelum menyimpulkan tentang kelahiran Bung Karno tersebut, Nurinwa lebih dulu melakukan kajian ke sejumlah daerah mulai dari Grobogan, tempat buyut Bung Karno dimakamkan, Tulungagung (tempat ayah Bung Karno, Soekemi Sosrodihardjo mengajar), hingga ke Kraksaan dan Buleleng.
Dari Buleleng, ia mendapat temuan ayah Soekarno dipindah ke Surabaya tahun 1901. Dan pada 1902 Soekarno lahir. “Kalau akhirnya dibuat 1901 itu mungkin untuk memudahkan sekolahnya saja,” ujarnya.
Yuke Ardhiati, pengajar Universitas Trisakti Jakarta juga mengungkapkan bahwa fakta Surabaya mempengaruhi jiwa Bung Karno. Ini terlihat dari kecintaannya pada unsur air karena sering bermain di Kalimas. Hal ini ditunjukkan dengan seluruh istana presiden dan rumah pribadinya memiliki kolam dengan bunga teratai. 
Bambang DH. Walikota pada waktu itu yang kini menjadi Wakil Walikota Surabaya menyatakan bahwa beliau akan bertekat mengirimkan bukti baru tersebut ke Sekneg beserta dokumen-dokumen penguatnya. Dan akan memberikan penghargaan kepada Soekarno yaitu jalan MERR Surabaya yang akan dinamai Jalan Soekarno, serta pendirian monumen Bung Karno di Jalan Pandean dekat rumah masa kecilnya.
Gimana, percaya. Apa? masih gak percaya aja, ada bukti nih. Lihat ya!

Foto-foto bukti bahwa Soekarno lahir di Surabaya


Bambang DH selaku Walikota Surabaya pada waktu itu yang kini menjadi Wakil Walikota Surabaya mengunjungi Rumah kelahiran Soekarno di daerah Peneleh Gang IV/40 di Surabaya. Beliau dijadwalkan untuk menandatangani prasasti dan peletakkan batu pertama pendirian monumen Bung Karno di tempat yang tidak jauh dengan rumah tersebut 


Bambang DH menandatangani prasasti pendirian monumen Bung Karno di Pandean Surabaya

Gimana, sudah percaya kalau Proklamator dan Mantan Presiden pertama RI tersebut lahir di Surabaya. Ya sudah, kalau percaya alhamdulillah berarti saya bisa tidur sekarang karena kecapekan ngetik nih. Kalau masih nggak percaya, cari aja sendiri di Mbah Google!
Semoga Posting ini bermanfaat

< >

2 komentar:

  1. jempol: paling suka itu pepatah "Janganlah membuat otakmu menjadi perpustakaan, tetapi pakailah pengetahuannmu secara aktif”

    BalasHapus